1 Rukkelleng Mpoba bersaudara.”
Belum selesai ucapan anak-anak
penjaga ayam nan beratus,
maka muncullah dari arah selatan
5 Rukkelleng Mpoba, Sangiang Pajung,
Ruma Makompong, Balassa Riuq.
Tiada senang lagi hati Patotoqé
memandang Rukkelleng Mpoba bersaudara.
Dengan marah To Palanroé berkata,
10 “Dari manakah gerangan engkau Ruma Makompong bersaudara?
Sudah tiga malam lamanya
dan tiga hari pula, tak satu pun nampak di Boting Langiq.
Hanya anak-anak inilah engkau tinggalkan
menjaga ayam kesayanganku.
15 Padahal sudah saya katakan Ruma Makompong,
tiada sesuatu yang perlu kaucari
di Boting Langiq, bersama saudaramu.
Kain dan baju kuberikan padamu,
namun engkau lalaikan jua
20 ayam nan anggun andalanku.”
Sujud menyembah sambil berkata
Ruma Makompong, Sangiang Pajung,
“Kutadahkan kedua tapak tanganku,
bak kulit bawang tenggorokanku,
25 semoga tak terkutuk hamba menjawab ucapan Tuanku.
Patik datang dari kolong langit
dari permukaan Pérétiwi
menurunkan topan, mengadu petir,
memperlagakan guntur, menyabung kilat,
30 menyalakan api dewata,
menyorong bara, menurunkan badai,
menyandingkan destar, menyungsang penyadap,
menyesatkan orang di hutan.”
Menyembah Rukkelleng Mpoba,
35 “Tidaklah ada nian
menyeru tuan kepada Batara,
menadah tangan di Pérétiwi.
Tak apalah gerangan Tuanku menurunkan seorang keturunan
untuk menjelma di muka bumi
40 supaya dunia jangan kosong,
terang benderang permukaan bumi.
Engkau bukanlah dewata selama tak satu pun orang