I La Galigo: Menurut naskah NBG 188, Jilid 1 [18]

1 akan menurunkan tunas di kolong langit.
Berkata Patotoqé,
serentak keduanya suami-istri Palingéqé berkata,
“Berapakah jumlah anak Adinda?”
5 Menjawab Sinaung Toja,
serentak keduanya berkata,
Guru ri Selleng suami-istri,
“Sembilan orang keturunanku, kakanda.
Yang sulung bernama Wé Nyiliq Timoq.
10 Itulah yang kupersiapkan menjadi raja di Toddang Toja.
Yang berikut dari Wé Nyiliq Timoq
bernama Linrung Talaga
menjadi raja di Uriq Liu
Adik raja di Uriq Liu
15 bernama Sangiang Mpareq
menjadi raja di ujung Pérétiwi.
Ia yang berambut panjang.
Adik raja Samudera
namanya La Wéro Ileq
20 ia raja di Toddang Soloq.
Adik raja di Toddang Soloq
bernama Dettia Langiq
menjadi raja di Uluwongeng.
Adapun adik Dettia Langiq
25 namanya I La Samudda.
Ia raja di Marawennang.
Adik I La Samudda
bernama La Wéro Unruq
menjadi raja di pinggir langit.
30 Adapun yang bernama I La Sanedda,
ia kujadikan pengawas di Uluwongeng.
Adapun anakku yang bungsu
ia menjadi raja di Lapiq Tana
menaikkan pasang, mengadu ombak,
35 memecahkan perahu besar,
mengajar penghuni bumi,
mengawasi kerbau dengan gembalanya,
menyesatkan orang di hutan.
Kalau kanda nanti menempatkan keturunan di kolong langit,
40 memantangkan kayu sengkona atas nama kita.
Sekian itulah keturunanku, wahai kakanda.”
Kembali bertanya penguasa telaga,
“Berapa pulakah jumlah keturunan kakanda?”
Berkata Patotoqé,
45 bersamaan dua berkata
Mutia Unruq suami-istri,
“Sembilan orang juga keturunanku, Adinda.
Yang sulung bernama La Togeq Langiq Batara Guru.
Adiknya bernama La Mégga Aji.
50 Adapun adik Aji Palallo
bernama Balala Riuq.
Adik Aji Palureng
bernama Dettia Tana.
Adik Aji Tellino

コメントする

メールアドレスが公開されることはありません。 が付いている欄は必須項目です