1 “Mampirlah kemari, Tuanku,
makan siang di balairungmu
nanti kita beriring jalan naik ke Boting Langiq,
sebab kami pun mendapat panggilan.”
5 Menjawab Sinaung Toja,
“Kur jiwamu, Paduka Anakanda.
Aku tidak singgah makan siang di istanamu
karena masih jauh nian Rualletté,
telah tiba pula hari yang ditetapkan oleh orang tuamu.”
10 Naik pula saat itu penguasa telaga beserta rombongan
mengendarai awan ditandu oleh Sangiang Pajung.
Dibukakan pintu batara.
Kemudian sampailah pula ia di wilayah Mallagenni.
Kebetulan sekali kemanakannya
15 sedang keluar mengolah gunung besi.
Menyembah sambil berkata Aji Tellino,
“Singgahlah, Paduka Tuanku,
makan siang di wilayahmu.
Nanti kita seiring berangkat ke Boting Langiq
20 sebab kami pun mendapat panggilan.”
Berkata Sinaung Toja,
“Bagaimanalah, ananda, daku akan
singgah bersantap siang di istanamu,
sebab masih jauh nian Boting Langiq
25 sedang telah tiba pula hari yang ditetapkan oleh orang tuamu.”
Berangkat pula penguasa telaga
mengendarai awan melangkahi mega beriring,
dibukakan palang pintu langit,
tiba di daerah Mallimongeng.
30 Kebetulan sekali kemanakannya
sedang turun ke bawah pohon asam
menyabung ayam andalannya bersama para juaknya.
Menyembah sambil berkata I La Sangiang,
“Singgahlah ke sini, Paduka Tuanku,
35 bersantap siang di wilayahmu.
Kelak kita berangkat seiring ke Boting Langiq,
sebab kami pun mendapat panggilan.”
Menjawab Guru ri Selleng,
“Bagaimanalah, Paduka Ananda,
40 aku akan singgah bersantap siang di istanamu,